Melodi Sendu Dari Hati Yang Meradang

Minggu pagi dipenghujung februari.
Pagi ini hujan datang. Membawa kesejukan yang amat menenangkan.
Pagi yang syahdu. Untuk hati yang kelu.
Semilir angin masuk menerobos sela sela jendela yang terbuka.
Hawa dingin yang terasa, membuatku menarik selimut yang sedari ada.

Hawa dingin ini membawaku pada satu masa di mana aku terluka akan dia yang ku cinta.
Kembali memori pilu itu membuatku terasa kaku.
Rasa sakit itu kembali menguak, yang dalam sekejap membuat semuanya menjadi begitu sesak.

Kesalahanku, yang selalu menjadikanmu pelabuhan rindu…

Tak pernah kutau akhirnya akan seperti ini.
Kamu yang kucinta, meninggalkanku demi dia yang membuat hatimu berbunga-bunga.
Kau taburkan benih-benih bahagia, walau pada akhirnya hanya sakit yang kurasa.

Kesalahanku, selalu percaya bahwa kepadaku lah hatimu berlabuh…

Tak ada yang abadi di dunia. Termasuk kisah kita berdua.
Yang kau hancurkan sedemikan rupa, sehingga hanya perih yang tersisa di dada.
Aku yang bodoh terlalu percaya begitu saja, tak berfikir bahwa semuanya dapat berubah dalam sekejap mata.
Perubahanmu yang kau perlihatkan, hanya ku anggap sebagai rasa bosan biasa yang nanti akan kembali normal sedia kala.

Kesalahanku, terlalu bodoh untuk mengartikan perubahanmu sebagai masalah biasa yang nantinya kan kembali seperti semula…

Kenapa hujan selalu bisa membawamu pada satu memori, yang terkadang bisa membuatmu, merasakan momen itu sekali lagi ?
Hujan memang suka bercanda. Ia selalu datang bertepatan dengan suasana hati yang dirasakan.
Seperti sebuah peramal ulung, ia mampu membaca hatimu sampai ke ujung.
Dan parahnya, ia selalu datang dengan membawa kenangan disetiap jutaan tetes airnya.
Hujan memang sangat suka bercanda. Dan aku- yang entah mengapa- tetap menikmatinya.

Nyanyian hujan pagi ini yang begitu syahdu, seolah olah bercampur membaur dengan jeritan hati yang pilu.
Menciptakan melodi sendu, akan cerita sedih di masa lalu.
Tak ada alasan aku menolaknya. Karena itu hanya akan membuat luka ini makin lebar menganga.
Nikmati saja lagunya, dan biarkan kenangan itu mengalir seperti air hujan yang perlahan-lahan kan menghilang ditelan bumi.
Seperti memoriku tentangmu, yang akan lenyap perlahan-lahan, dan pelan-pelan akan tergantikan dengan sebuah kisah baru yang lebih haru menderu.

Dan pada akhirnya, pagi ini hujan kembali pulang. Seiring dengan berakhirnya nyanyian, kenangan itupun kembali menghilang dalam ingatan.

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Kamu Pemendam Rasa..

Liburan Tak Pernah Sebosan ini...

Untuk Hati Yang Terluka....