The beginning


Saat itu, yang ku tahu adalah, dikhianati oleh orang yang kita cinta amat sangatlah menyakitkan. Dalam sekejap, seakan seisi dunia begitu menyeramkan. Rasa-rasanya, ingin menghilang, dan menyendiri dalam kesedihan yang mendalam. Namun ku tahu, semua itu bukanlah akhir dari segalanya. Hidup harus tetap berjalan, bangkit, menjadi sebuah keharusan.

Akan aku ceritakan pada kalian cerita ku tentang bagaimana aku mengenal cinta dan hidup. Tentang bagaimana aku bertemu dengan wanita yang sangat berpengaruh dalam hidupku. Tentang wanita yang mampu membuatku merasa, bahwa akulah pria paling beruntung di dunia.

Maret 2016.
Saat  itu, awal mula perkuliahan semester ganjil. Aku memutuskan untuk mendaftarkan diri menjadi asisten instruktur. Pikirku saat itu adalah, aku ingin berkembang, ingin mencoba hal baru yang menurutku sangat menarik untuk digeluti. Terlebih, aku ingin menyibukkan diri agar tak lagi aku mengingat kesedihan. Life must go on. Dan ini adalah awal dari sebuah sejarah besar dalam hidupku. Waktu dimana aku bertemu dengan dia. Wanita sederhana yang begitu mempesona.
Singkat cerita, tak lama dari aku mendaftarkan diri. Aku mendatkan panggilan untuk wawancara. Alhamdulillah, saat itu aku lolos dan berhak untuk mengikuti pelatihan sebagai asisten instruktur. Saat pelatihan, aku bertemu dengan orang-orang baru. Wajahnya sangat asing bagiku walaupun kami satu kampus. Namun tak semua peserta hadir saat pelatihan itu. Ada 1 nama yang tak hadir, perempuan. Dan entah kenapa, aku bertanya, seperti apakah orang itu. Karena teman-temanku yang hadir saat itu, semuanya mengenal dia. Falin namanya.

Akhr maret 2016.
Setelah pelatihan, lalu dibagikan lah jadwal mengajar untuk 1 semeter ke depan. Aku mengernyitkan dahi. Nama itu, aku melihat nama wanita itu menjadi partnerku dalam mengajar. aku penasaran seperti apakah wanita itu. Tibalah pada jam mengajarku. Saat itu, aku mendapatkan mata kuliah web programming 2 untuk kelas semester 5. Jam mengajarnya adalah malam hari, setiap hari rabu. Malam itu lah pertama kalinya aku bertemu dengan wanita itu. Berada dalam satu kelas yang sama. Sebagai partner dalam mengajar. Saat itu, dia memakai jilbab coklat panjang, menutup setengah badannya, depan belakang, bedak yang tidak terlalu tebal, dan mata bulat hitam legam. Cantik, pikirku. Senyum manisnya. Iya, namun dia sangatlah galak dan judes. Iya, ini kesan pertamaku saat bertemu denganmu hehehe.

Waktupun berjalan, sudah beberapa kali aku mengajar bersamanya. Dia adalah orang yang supel, sangat energik, selalu bersemangat tiap kali dia mengjar. Entah kenapa, aku selalu menantikan hari dimana kita mengjar bersama. Saat itu, aku tak memikirkan apakah aku menyukainya., yang pasti, aku selalu ingin melihat dia, setiap hari.
Pada malam kesekian kami mengajar, kami selalu lumayan malam, sekitar jam setengah sepuluh malam. Saat keluar dari ruang dosen, aku membuka percakapan.

Aku : “kalau kaya gini terus, tekor nih ngeluarin uang parkir terus.”
Dia : “loh emangnya kakak selalu bayar parkir?” (di dalam peraturan asisten instruktur, sesame asisten kami biasa memanggil dengan kakak, aku tak tahu mengapa begitu)
Aku : “iya kak, kan emang disini bayar parkirnya”
Dia : “aku ga pernah bayar tuh kak, kalo asisten tuh dikasih keringanan kak. Kak bilang aja kalo kakak asisten, nanti ga bayar kok”
Aku : “ah masa sih? Takut ah ka, nanti dikira bohong lagi. Kalau gitu, temenin aku ya kak, bareng aku keluarnya. Biar mereka percaya”

Dia tertawa. Aku hanya menatapnya dengan polos.

Akhirnya, kami berdua berjalan bersama ke parkiran. Aku meminta dia menemaniku keluar parkiran agar aku tak membayar parkir. Walaupun awalnya dia terlihat ragu, namun akhirnya mengiyakan. Dan jadilah, malam itu, untuk pertama kalinya aku dan dia berada pada 1 motor yang sama. Setelah keluar kampus (dengan tidak membayar parkir tentunya), dia turun dan menunggu untuk dijemput. Tak ada angin tak ada hujan, saat itu, aku meminta untuk menemani dia sampai dia dijemput. Alasanku saat itu adalah, tidak baik wanita berdiri sendiri saat malam hari seperti ini. Lalu kami mulai mengobrol dan berbicara tentang menjadi asisten instruktur, tentang panggilan kak. Aku baru tahu kalau ternyata dia adalah kakak angkatanku. Malam itu, kami tertawa, berdebat kecil. Karena saat ku tahu dia adalah kakak angkatanku, aku meminta dia untuk tidak memanggil aku dengan kakak. Namun dia menolak, katanya, itu sudah menjadi sebuah tradisi saat kita menjadi asisten instruktur. tak terasa, ada seseorang yang datang, ternyata adiknya yang menjemput.

Setelah itu dia pamit pulang. Sesaat, aku merasakan jantungku berdegup cepat saat dia tersenyum. Senyum itu kian melekat dalam pikiranku. Lalu aku pulang dengan perasaan senang. Entahlah, aku tak tahu apa yang kurasakan. Saat itu, aku belum berani untuk mengatakan, bahwa aku menyukainya. Malam itu, menjadi titik awal perjalanan yang baru, bersama dengannya.
Beberapa hari sebelum aku mendaftarkan diri menjadi asisten instrukur. Aku berdoa kepada tuhan. Aku meminta untuk meluaskan hati, agar tak ada lagi rasa sakit di hati. Aku meminta, seseorang datang untuk menyembuhkan, dan membuatku percaya, bahwa cinta sejati itu memang ada. Dan malam itu, aku merasa, bahwa dia, adalah jawaban dari apa yang aku panjatkan dalam doaku kepada tuhan. Mungkin kali ini semesta ingin menunjukkan, bahwa kebahagiaan, akan datang ketika kita percaya kepada-Nya.

Malam itu, adalah titik awal, perjalananku dan kamu di mulai. Dan aku tahu, bahwa kamu, akan menjadi seseorang yang membuatku mengerti, bahwa semua yang kita perjuangkan, haruslah dengan pengorbanan dan keseriusan.

Malam itu, aku tahu, bahwa kamulah, cinta yang selama ini aku nanti.

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Kamu Pemendam Rasa..

Liburan Tak Pernah Sebosan ini...

Untuk Hati Yang Terluka....