Posts

Lagi-Lagi Kamu

Lagi-lagi kamu, ya kamu lagi. Mungkin sudah lebih dari seribu hari kita menjalani hari bersama. Sudah lebih dari belasan senja kita nikmati berdua. Dalam luka dan suka. Dengan tangis dan bahagia. Dan akhirnya kini, kamu menjadi orang pertama yang ku lihat saat ku membuka mata. Senyummu itu, raut wajahmu itu, yang membuatku sadar, bahwa aku telah menemukan rumah yang tepat. Disampingmu. Lagi-lagi kamu, ya kamu lagi. Seseorang yang tidak aku bayangkan akan datang dan mengisi hidupku. Seseorang yang mampu mengubah jalan hidupku. Seseorang yang mengubahku menjadi lebih baik. Kamu, membuatku hidup. Lagi-lagi kamu, ya kamu lagi. Aku masih ingat saat pertama kali kita bertemu. Aku yang dengan polosnya, dan sombongnya, mungkin. Mencoba masuk ke dalam hati mu. Merengsek menuju inti hatimu. Mencoba untuk mengambilnya, seutuhnya. Aku, seorang lelaki biasa yang jatuh cinta dengan kamu, wanita penuh pesona. ku pikir dulu aku takkan bisa melakukannya. Dan y

Untitled

Aku masih duduk terpaku memandang jendela. Bayanganmu masih saja terngiang dalam pikiranku sedari kemarin. Jemariku masih terasa kaku untuk sekedar menanyakan kabarmu. Perdebatan masih selalu terjadi dalam hati apakah aku harus menemuimu atau tidak. Walaupun rindu mengatakan untuk datang, namun rasa bersalah mengatakan untuk aku tetap tinggal. Ah iya, aku sangat rindu dengan wajahmu itu. Dengan senyuman itu. Dengan celotehan manjamu. Ah tapi, aku merasa sangat bersalah telah meninggalkanmu sendirian pagi itu, Aku merasa malu karena telah kalah dengan amarahku sendiri. Aku malu dengan keluargamu, bagaimana bisa aku bertemu dengan orang tuamu setelah tindakanku pagi itu. Percayalah, tak ada yang bisa pergi begitu saja dari orang yang kamu sayangi. Tak ada yang mampu meninggalkan semua memori dan kenangan yang telah tertanam dalam hati. Aku bukan pergi, hanya saja menepi untuk sekedar menginstropeksi diri kenapa semua ini dapat terjadi. Bukan sehari dua hari kita menjala

The beginning

Saat itu, yang ku tahu adalah, dikhianati oleh orang yang kita cinta amat sangatlah menyakitkan. Dalam sekejap, seakan seisi dunia begitu menyeramkan. Rasa-rasanya, ingin menghilang, dan menyendiri dalam kesedihan yang mendalam. Namun ku tahu, semua itu bukanlah akhir dari segalanya. Hidup harus tetap berjalan, bangkit, menjadi sebuah keharusan. Akan aku ceritakan pada kalian cerita ku tentang bagaimana aku mengenal cinta dan hidup. Tentang bagaimana aku bertemu dengan wanita yang sangat berpengaruh dalam hidupku. Tentang wanita yang mampu membuatku merasa, bahwa akulah pria paling beruntung di dunia. Maret 2016. Saat   itu, awal mula perkuliahan semester ganjil. Aku memutuskan untuk mendaftarkan diri menjadi asisten instruktur. Pikirku saat itu adalah, aku ingin berkembang, ingin mencoba hal baru yang menurutku sangat menarik untuk digeluti. Terlebih, aku ingin menyibukkan diri agar tak lagi aku mengingat kesedihan. Life must go on. Dan ini adalah awal dari sebuah sejarah

Nyatanya

Pagi ini aku tak melihat matahari pagi yang hangat. Udara sejuk yang biasa mendatangi, pun tak ada yang kurasa hadir pagi ini. Nafas ini terasa tercekat. Seperti tak ada sirkulasi udara yang terjadi. Hati ini kian sesak. Terseok-seok hanya untuk menarik nafas. Pagi ini aku mengerti. Nyatanya, setia saja tidaklah cukup. Nyatanya, hal pertama yang dibutuhkan dalam cinta bukanlah kesetiaan. Nyatanya, kenyamanan dan pengertian dalam hubungan adalah sebuah pondasi apakah hubungan itu dapat kokoh berdiri dengan mantap. Nyatanya, setia hanyalah sebuah pelengkap. Pelengkap agar sebuah hubungan dapat berjalan beriringan sampai tuhan yang memisahkan.

Di dalam gerbong kereta

Di penghujung sore diatas kereta. Diluar sana langit terlihat gelap Rintik-rintik hujan perlahan jatuh satu persatu ke tanah Bersamaan dengan rindu-rindu di setiap tetesnya Kaca pada gerbong kereta mulai terlihat mengembun. Tampak jelas refleksi dari bayanganku Samar samar terlihat ada kamu disampingku Entahlah, mungkin hanya aku yang terlalu rindu Rintik hujan kini berubah menjadi hujan lebat Hawa dingin membungkus gerbong ini Selimut dan jaket yang ada tak mampu menahan dinginnya cuaca Hati ini ikut membeku Berharap ada kamu untuk menghangatkannya Dengan senyuman itu Rindu ini kian mengendap. Semakin menumpuk dan menebal... Diatas kereta yang melaju ini. Gerbong menjadi saksi bisu bahwa aku sedang merindu Barangkali, hujan sore ini mampu menyampaikan pesanku untukmu.. "Lin.. Aku rindu.."

Berdua Saja

Malam ini adalah kesekian kalinya kita bertemu. Saling menumpahkan rindu, tanpa memperdulikan waktu yang sudah berlalu. Hari ini adalah kesekian kalinya kita berjumpa. Saling melemparkan canda, untuk tawa yang memekakan telinga. Sudah tak terhitung berapa jam, menit, ataupun detik yang kita lalui bersama. Kau tau, rasa bosan yang menjadi momok menakutkan bagi setiap pasangan, sungguh aku tak merasakannya. Antusiasme ku tetap tinggi saat ingin bertemu denganmu, masih sama seperti kita pertama kali bertemu dulu. Ada rindu yang menggebu ketika aku jauh darimu. Ada rasa candu yang menyelimuti diri, ketika aku melihat senyummu lagi. Aku tau aku hanyalah manusia biasa yang sering melakukan salah. Aku tau aku mempunyai banyak kekurangan, yang terkadang sering kali membuatmu merasa tak nyaman. Tak jarang, karna kesalahanku itulah  yang menimbulkan pertengkaran. Tapi ketauilah apapun jalannya nanti, diri ini takkan pernah pergi. Biarkanlah aku menggemgam tangannmu, dan meya

Kotak Kenangan

Untuk kamu, pemilik rindu. Hai, apa kabarmu ?  Kutau hari-harimu sebulan terakhir tidaklah baik. Banyak tugas-tugas dan tuntutan-tuntutan yang harus kau selesaikan sebelum waktunya habis. Aku tau, kau bekerja lebih keras untuk menyelesaikan tugasmu itu. Terlihat dari mukamu yang tak seperti biasanya. Mukamu lelah. Terlihat sangat jelas. Kantung matamu yang semakin menebal dan menghitam, menambah kesan bahwa kau sedang dalam beban besar. Memikul beban itu sendirian.  Tapi tenang, semua itu tak menutup wajah manismu. Tatapan teduhmu tetap ada. Tetap menetramkan seperti biasanya. Ingin sekali ku membantumu, menyuruhmu istirahat, atau sekedar menemanimu dalam mengerjakan tugasmu itu. Setidaknya aku ingin kau tau, kau bisa membagi bebanmu itu padaku, walaupun hanya sedikit. Aku akan dengan senang hati melakukannya. Selagi itu bisa membuatku, tetap terus berada disampingmu. Seperti dulu. Namun apa dikata, kita tau tak semua hal bisa kita paksakan. Semesta berkata lain, kini aku b